Ternyata Pekerja Judi di Kamboja Banyak dari Kepri
Kamboja adalah surga judi, salah satu nya ada aladdin138  yang sangat gacor. Karena di negara itu, judi sudah jadi bisnis yang dilegalkan. Sebagai salah satu negara paling miskin di ASEAN, Kamboja menggantungkan perekonomian dari pertanian, pariwisata dan perjudian. Dari bisnis ini, negara mendapatkan pajak yang tergolong besar. Tapi ironisnya, penggerak bisnis ini, justru mayoritas diisi warga Negara Indonesia. Rata-rata masih berusia belia dan menguasai teknologi.
***
f.pekanbaru Pos
Karena legal, bisnis judi di Kamboja bervariasi. Ada yang skala kecil, menengah, atas bahkan kelas bintang lima. Dikatakan bintang lima karena beromzet hingga ratusan miliar
”Tinggal dihitung saja. Kalau dari satu meja judi, bisa menghasilkan Rp200-300 juta per malam. Kalikan 100 meja dan 30 hari lalu 12 bulan,,” kata seorang pengusaha judi kelas menengah, AK, pada Pekanbaru Pos (Grup batampos.co.id), Jumat (22/5) di Phnom Penh, Kamboja.
AK merupakan warga asal Indonesia. Namun sudah lama tinggal di Kamboja. Ia mulai menjalankan bisnis judi sendiri, setelah berkecimpung dengan dunia itu sekitar 8 tahun.

”Itu baru judi meja, belum termasuk judi online. Yang paling subur di Kamboja itu judi online. Mulai yang legal sampai ilegal,” kata AK. ”Kelasnya sudah internasional. Karena dimainkan via website. Omzetnya lebih gila lagi,” tambah AK.
Dari AK pula didapat informasi, bahwa sebagian besar pekerja di lokasi judi Kamboja, adalah orang Indonesia. Ada tiga lokasi judi terbesar yang menjadi tujuan. Yakni Bavet, Chrey Thom dan Paypet.
Lokasinya menyebar. Mulai dari yang dekat dengan kota Phnom Penh, hingga yang jauh ke perbatasan Vietnam dan Thailand. Memakan waktu mulai dari 3 hingga 8 jam perjalanan via darat.
Menurut pengakuan AK, di Bavet ada sekitar 700-800 WNI yang bekerja di lokasi perjudian. ”Mereka semua berkumpul di satu lokasi judi saja. Namanya Kasino Sun City,” ungkap AK.
”Mereka bukan penjudi lho ya. Tapi karyawan di lokasi judi. Ada yang jadi CS (customer service), pembagi kartu atau bandar. Malah salah satu pimpinannya, juga orang Indonesia,” jelasnya.
Saat ditanya siapakah nama pimpinan asal Indonesia itu, AK hanya tersenyum sambil berkata,”Kalau nama asli bos besar, karyawan seperti saya tak mungkin tahu,” katanya.
Dulu AK pernah bekerja di Bavet. Namun ia memilih pindah ke lokasi judi di wilayah Chrey Thom. Letaknya di Provinsi Kandal, sekitar 8 jam dari Phnom Penh.
Di sini ada dua casino terbesar, yakni Crown dan Grand Dragon. Nama terakhir menjadi lokasi judi online yang mempekerjakan 17 WNI asal Meranti, Riau.
”Di Chrey Thom, WNI yang jadi pekerja judi juga banyak.Malah mayoritas dari Indonesia. Ada sekitar 900 orang,” perkiraan AK.
”Paling besar dari wilayah Sumatera Utara terutama Medan, Riau terutama Selat Panjang dan Kepulauan Riau,” jelasnya.
Perihal angka-angka fantastis WNI yang bekerja di lokasi judi, juga dibenarkan Duta Besar Indonesia untuk Kamboja, Pitono Purnomo. ”Jumlah WNI yang terdaftar di KBRI ada sekitar 1.400-an. Yang resmi mengaku bekerja di lokasi judi, sekitar 1.200-an,” ungkap Pitono pada wartawan Anda di ruang kerjanya.
Mengenai pintu masuk para WNI, Pitono mengaku mereka banyak masuk dari wilayah Batam, Kepulauan Riau. Dari sana, melintas ke Malaysia untuk meneruskan perjalanan via udara atau darat ke Kamboja.
Pitono menduga, jumlah WNI real yang bekerja di lokasi judi, lebih dari angka resmi tersebut. Karena sebagian besar WNI yang bekerja ke Kamboja, tidak melaporkan diri ke KBRI. Padahal mereka bekerja hingga ke perbatasan Thailand dan Vietnam. Salah satu yang membuat sulitnya KBRI mendata WNI di Kamboja, karena mudahnya visa turis berubah menjadi visa pekerja. Hal ini didorong dari tingginya kebutuhan tenaga kerja di perusahaan judi.
”Jadi biasanya malah perusahaan yang bantu menguruskan visa mereka setiba di sini. Tadinya turis, jadi visa pekerja. Tapi tidak lapor ke kita,” sesal Pitono.
Ia juga mengungkapkan, pengusaha judi di Kamboja kelasnya sudah internasional. Investornya berasal dari banyak negara. Termasuk dari Indonesia. Bahkan beberapa bisnis perjudian terkemuka di Kamboja diakui Pitono milik lima pengusaha asal Indonesia.
”Yang lima ini malah tidak pernah ada masalah di sini, karena memang legal. Mereka selalu lapor ke kita,” kata Pitono.
”Nah, WNI justru sering bermasalah di tempat judi bukan milik orang Indonesia,” kesal Pitono.
Besarnya angka WNI yang bekerja di lokasi perjudian, sebenarnya sangat memprihatinkan Pitono. Ia pun berharap, WNI tidak berbondong-bondong ke Kamboja, hanya karena tergiur dengan janji manis bergaji tinggi di lokasi judi.
Apalagi yang biasanya bekerja di lokasi perjudian, adalah remaja-remaja hingga WNI berusia muda. Rata-rata usia mereka yang bekerja di lokasi judi slot online , antara 19-30 tahun.
”Harus diingat. Bisnis perjudian ini melibatkan mafia. Lebih baik kerja profesional daripada di lokasi judi,” imbaunya. Nasehat sama juga diberikan Pitono pada 16 WNI asal Meranti, Riau, yang tersandung masalah hukum di Kamboja.
”Saya bilang, ini rambut kalian pada dicat kuning semua. Nanti dikira orang kalian bukan warga Indonesia. Ubahlah penampilan dan jangan kerja di tempat judi,” pesan Pitono.
Tak lupa Pitono berpesan pada WNI yang tetap nekat mau bekerja di Kamboja, terutama di lokasi perjudian.
slot online
Published:

slot online

Published:

Creative Fields